Minggu, 27 Desember 2020

Dampak dan Pencegahan Bullying Pada Remaja

 

Dampak dan Pencegahan Bullying Pada Remaja 



    Bullying adalah perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang dilakukan satu orang atau lebih dengan cara melakukan penyerangan terhadap orang lain. Kebanyakan tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah melibatkan anak –anak maupun remaja yang secara fisik lebih lemah dari pada teman-temanya. Tindakan bully tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau  bahkan menendang. Bully juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik, bullying juga bisa dilakukan  secara verbal seperti mengejek, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina, menyebarkan gosip tentang korban, atau mempermalukan korban di depan banyak orang. KPAI bidang Hak Sipil dan Partisipasi anak, mengatakan bahwa kejadian mengenai siswa yang dibully misal jarinya harus diamputasi atau bahkan kejadian mengenai siswa yang ditentang sampai meninggal menjadi gambaran ekstrem dan fatal dari bullying fisik maupupun psikis yang dilakukan pelajar kepada teman-temanya pada Febuari 2020. kejadian yang dilakukan oleh pelaku ini termasuk kejadian pada anak pada saat menyaksikan cara kekerasan sebagai penyelesaian masalah, artinya mereka tidak pernah diajarkan cara menyelesaikan masalah dengan baik, bahkan memandang bahwa kekerasan termasuk salah satu cara penyelesaianya. KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. Tentu saja hal ini meresahkan orang tua, para guru dan staf pengajar. Bullying adalah tindakan yang merugikan, Baik korban maupun pelaku perundungan sama-sama merasakan efek negatif dari bullying. Berikut adalah beberapa dapak bullying bagi korban maupun pelaku.

Dampak kasus bullying bagi korban :

  • Mengalami gangguan mental, seperti depresi, rendah diri, cemas, sulit tidur nyenyak, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
  • Menjadi pengguna pengguna obat-obatan terlarang.
  • Takut atau malas untuk berangkat ke sekolah.
  • Prestasi akademik menurun.
  • Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam

Oleh karena itu orang tua harus mengetahui perubahan tingkah laku anak saat mengalami terjadinya tidakan bullying yang terjadi pada anak. Perubahan tingkah laku pada anak antara lain :

  • Tidak semangat untuk berangkat ke sekolah.
  • Prestasi anak mulai menurun.
  • Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari ajakan pertemanan.
  • Barang-barang miliknya sering hilang atau hancur.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Kabur dari rumah.
  • Terlihat stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya.
  • Mungkin ada luka di tubuhnya.
    Jika ciri-ciri diatas mulai terjadi pada anak, sebagai orang tua cobalah mengajak anak bicara dari hati ke hati. Mulai dengan pembicaraan yang harus agar anak bisa mengutarakan isi hatinya secara pelan-pelan. Sebagai orang tua kita dapat mengajadi anak tentang bagaimana cara menyikapi orang-orang yang berlaku kasar kepadanya, seperti menghindar ketika bertemu dengan mereka atau yang mereka katakan seperti “Jangan ganggu saya”. Jangan mengajari anak untuk balas melawan atau melakukan kekerasan kepada para pelaku. Namun ajarkan agar anak tetap tangguh, dan jangan beri kesempatan para bully untuk merasa menang karena berhasil membuatnya putus asa. Berikan juga semangat untuk tetap percaya diri dan tetap bergaul dengan anak-anak lain yang baik.

 

Dampak kasus bullying bagi pelaku

    Ternyata tidak hanya korban saja, namun tindakan ini juga berdampak buruk terhadap si pelaku. Pelaku bully di usia remaja berisiko mengalami masalah psikologis jangka panjang. Gangguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat. Perundung (pelaku) dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun cenderung tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga akan kesulitan membangun hubungan sosial maupun romantis.

    Secara umum, pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pure bully dan bully-victimPure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Pure bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya empati, toleransi terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain. Pelaku pure bully akan beranggapan bahwa mereka berkuasa, jika dibiarkan dan tidak ditangani, tindakan bullying ini dapat berubah menjadi kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal.

    Sementara bully-victim ialah perundung yang dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian, dan impulsif sampai usia dewasa. Mereka juga diketahui lebih sering merundung dari pada pure bullySama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim juga berisiko memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri, bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian antisosial. Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Bukan cuma bagi korbannya, melainkan juga pelakunya. Kalau korban lebih banyak mengalami efeknya terhadap kesehatan psikologis, dampak bullying bagi perundung tergolong ke dalam perilaku kriminal. Selain itu, pelaku pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif, temperamen, dan bersikap kasar terhadap orang lain.


    Pelaku bullying haruslah di hentikan karena jika terus dibiarkan mereka akan semakin merajalela dan bisa merusak generasi muda. Sebagai orang tua juga bisa turun tangan untuk mengatasi terjadinya bullying ini dengan datang kesekolah dan melaporkan siswa yang telah melakukakan pembullyan. Dengan begitu pihak sekolah bisa menangani langsung dengan melaporkan kepada orang tua yang bersangkutan.

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah tindakan bullying:

  • Tanamkan nilai-nilai moral sejak dini.
  • Ajak anak untuk bersama-sama menilai dan membedakan perbuatan yang baik dengan perbuatan yang tidak patut dilakukan pada sesama.
  • Bangun komunikasi yang baik dengan anak, serta dampingi ia dalam proses tumbuh kembangnya.
  • Ajarkan anak cara bersikap asertif, alias tegas tapi selalu sopan, agar ia tidak mudah ditindas dan disukai banyak orang.
  • Anda juga bisa menasihati anak Anda agar berani melaporkan kepada pengajar di sekolah saat mengalami perilaku bully.
  • Bila anak adalah pelaku bullying, maka ajaklah anak berdiskusi dan cari tahu penyebabnya. Beri ia penjelasan bahwa hal itu bukanlah perilaku yang terpuji, dan tidak dapat diterima.
  • Orang tua bisa mengajak anak (baik pelaku maupun korban) untuk menjalani konseling agar pola pikir dan tingkah lakunya bisa lebih terarah dengan baik.
  • Menjadi contoh teladan bagi anak sangatlah penting. Sebab, anak akan mencontoh orang tua sebagai tolok ukur dalam bersikap.

Dengan dukungan dan kerja sama dari orang tua dan guru, anak bisa menikmati proses belajar di sekolah tanpa tindakan bully

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tips Memilih Teman yang Baik danTepat

Tips Memilih Teman yang Baik dan Tepat         Disini saya akan memberikan tips bagaimana kita memilih teman yang baik dan tepat untuk diri ...