Bullying adalah perilaku kekerasan fisik ataupun mental yang dilakukan satu orang atau lebih dengan cara melakukan penyerangan terhadap orang lain. Kebanyakan tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah melibatkan anak –anak maupun remaja yang secara fisik lebih lemah dari pada teman-temanya. Tindakan bully tidak hanya terjadi ketika pelaku melakukan kekerasan secara fisik kepada korban, seperti memukul, menampar, atau bahkan menendang. Bully juga bisa dilakukan tanpa melakukan kekerasan fisik, bullying juga bisa dilakukan secara verbal seperti mengejek, memanggil seseorang dengan sebutan yang hina, menyebarkan gosip tentang korban, atau mempermalukan korban di depan banyak orang. KPAI bidang Hak Sipil dan Partisipasi anak, mengatakan bahwa kejadian mengenai siswa yang dibully misal jarinya harus diamputasi atau bahkan kejadian mengenai siswa yang ditentang sampai meninggal menjadi gambaran ekstrem dan fatal dari bullying fisik maupupun psikis yang dilakukan pelajar kepada teman-temanya pada Febuari 2020. kejadian yang dilakukan oleh pelaku ini termasuk kejadian pada anak pada saat menyaksikan cara kekerasan sebagai penyelesaian masalah, artinya mereka tidak pernah diajarkan cara menyelesaikan masalah dengan baik, bahkan memandang bahwa kekerasan termasuk salah satu cara penyelesaianya. KPAI mencatat dalam kurun waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat. Tentu saja hal ini meresahkan orang tua, para guru dan staf pengajar. Bullying adalah tindakan yang merugikan, Baik korban maupun pelaku perundungan sama-sama merasakan efek negatif dari bullying. Berikut adalah beberapa dapak bullying bagi korban maupun pelaku.
Dampak
kasus bullying bagi
korban :
- Mengalami
gangguan mental, seperti depresi, rendah
diri, cemas, sulit tidur nyenyak, ingin
menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri.
- Menjadi
pengguna pengguna obat-obatan terlarang.
- Takut
atau malas untuk berangkat ke sekolah.
- Prestasi
akademik menurun.
- Ikut
melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam
Oleh karena itu orang tua harus mengetahui perubahan
tingkah laku anak saat mengalami terjadinya tidakan bullying yang terjadi pada anak. Perubahan
tingkah laku pada anak antara lain :
- Tidak
semangat untuk berangkat ke sekolah.
- Prestasi
anak mulai menurun.
- Tiba-tiba
kehilangan teman atau menghindari ajakan pertemanan.
- Barang-barang
miliknya sering hilang atau hancur.
- Mengalami gangguan tidur.
- Kabur
dari rumah.
- Terlihat
stres saat pulang sekolah atau usai mengecek ponselnya.
- Mungkin
ada luka di tubuhnya.
Dampak kasus bullying bagi pelaku
Ternyata tidak hanya korban saja, namun tindakan ini juga berdampak buruk terhadap si pelaku. Pelaku bully di usia remaja berisiko mengalami masalah psikologis jangka panjang. Gangguan tersebut bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan tepat. Perundung (pelaku) dapat tumbuh menjadi pribadi yang tidak bahagia. Mereka pun cenderung tidak bisa mengendalikan emosinya, sehingga akan kesulitan membangun hubungan sosial maupun romantis.
Secara umum, pelaku bully dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pure bully dan bully-victim. Pure bully merupakan perundung yang tidak mempunyai pengalaman di-bully. Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula. Pure bully cenderung bersifat agresif, berwatak keras, impulsif, tidak punya empati, toleransi terhadap frustasi yang rendah, memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain. Pelaku pure bully akan beranggapan bahwa mereka berkuasa, jika dibiarkan dan tidak ditangani, tindakan bullying ini dapat berubah menjadi kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal.
Sementara bully-victim ialah perundung yang dulunya di-bully. Kemungkinan mereka akan merasa tertekan, cemas, gelisah, kesepian, dan impulsif sampai usia dewasa. Mereka juga diketahui lebih sering merundung dari pada pure bully. Sama seperti korban kasus bullying, pelaku bully-victim juga berisiko memiliki pemikiran menyakiti diri sendiri, bunuh diri, depresi, kecemasan dan gangguan kepribadian antisosial. Bullying adalah tindakan yang sangat merugikan. Bukan cuma bagi korbannya, melainkan juga pelakunya. Kalau korban lebih banyak mengalami efeknya terhadap kesehatan psikologis, dampak bullying bagi perundung tergolong ke dalam perilaku kriminal. Selain itu, pelaku pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif, temperamen, dan bersikap kasar terhadap orang lain.
Pelaku bullying haruslah di hentikan
karena jika terus dibiarkan mereka akan semakin merajalela dan bisa merusak generasi
muda. Sebagai orang tua juga bisa turun tangan untuk mengatasi terjadinya
bullying ini dengan datang kesekolah dan melaporkan siswa yang telah
melakukakan pembullyan. Dengan begitu pihak sekolah bisa menangani langsung
dengan melaporkan kepada orang tua yang bersangkutan.
Berikut adalah beberapa langkah yang
bisa orang tua lakukan untuk mencegah tindakan bullying:
- Tanamkan
nilai-nilai moral sejak dini.
- Ajak
anak untuk bersama-sama menilai dan membedakan perbuatan yang baik dengan
perbuatan yang tidak patut dilakukan pada sesama.
- Bangun
komunikasi yang baik dengan anak, serta dampingi ia dalam proses tumbuh
kembangnya.
- Ajarkan
anak cara bersikap asertif, alias tegas tapi selalu
sopan, agar ia tidak mudah ditindas dan disukai banyak orang.
- Anda
juga bisa menasihati anak Anda agar berani melaporkan kepada pengajar di
sekolah saat mengalami perilaku bully.
- Bila
anak adalah pelaku bullying,
maka ajaklah anak berdiskusi dan cari tahu penyebabnya. Beri ia penjelasan
bahwa hal itu bukanlah perilaku yang terpuji, dan tidak dapat diterima.
- Orang
tua bisa mengajak anak (baik pelaku maupun korban) untuk menjalani konseling agar pola
pikir dan tingkah lakunya bisa lebih terarah dengan baik.
- Menjadi
contoh teladan bagi anak sangatlah penting. Sebab, anak akan mencontoh
orang tua sebagai tolok ukur dalam bersikap.
Dengan dukungan dan kerja sama dari orang tua
dan guru, anak bisa menikmati proses belajar di sekolah tanpa tindakan bully.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar